Bismillahirrahmanirrahim, assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Segala puji dan syukur kami panjatkan
kepada Allah SWT. tuhan semesta alam yang telah mengkaruniai manusia dengan
pikiran sehingga manusia dapat membedakan mana yang hak dan mana yang batil.
Berkat rahmat, hidayah, serta inayah-Nya kami mampu untuk menyelesaikan makalah
kami ini. Sholawat serta salam juga tidak akan pernah berhenti tercurahkan
kebada baginda Nabi besar Muhammad SAW. Manusia paripurna, utusan Allah untuk membebaskan
manusia dari kebodohan akal serta ahlak.
Kami juga sangat berterimaksih kepada semua pihak yang membantu dalam
terselesaikannya makalah ini. Kami berterimakasih kepada:
Ø Kedua orang tua kami
yang selalu memberikan do’a dan dukungan kepada kami sehingga kami menjadi
lebih semangat untuk dapat menyelesaikan makalah ini.
Ø Dosen pengampu mata
kuliah Filsafat Pendidikan Islam, Mukhtar, M.Pd. yang telah memberikan
bimbingan kepada kami sehingga makalah ini dabat menjadi lebih baik
Kami menyadari bahwa makalah kami ini jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu kami sangat mengharapkan keritik serta saran dari pembaca yang dapat
membuat makalah ini menjadi lebih baik lagi. Dan harapan kami dengan adanya
makalah ini semoga dapat menambah wawasan kita semua mengenai pendidikan islam.
Masbagik, 2 April 2018
Penyusun
A.
Latar Belakang
Menuntut
ilmu adalah sebuah kewajiban bagi setiap muslim, baik dari jalur formal maupun
non formal. Akan tetapi didalam islam peroses pembelajaran tidak hanya sekedar
pentransferan ilmu dari pendidik kepada peserta didik saja. Melainkan didalam
peroses penyampaian materi tersebut dimasukan bimbingan-bimbingan untuk dapat
menciptakan karakter seorang muslim sesungguhnya, inilah yang disebut dengan
pendidikan islam. Para ahli memiliki pemikirannya masing-masing mengenai
pendidikan islam itu sendiri, slah satunya adalah Muhammad Athiyah al-Abrasyi.
Beliau lahir pada awal bulan April tahun 1897 dan wafat pada tanggal 17 Juli
1981. Muhammad Athiyah al-Abrasyi adalah salah seorang tokoh pendidikan di
Mesir yang hidup pada masa pemerintahan Abd. Nasser. Beliau adalah seorang
ulama’, cendekiawan yang telah mendalami agama islam dengan baik, menguasai
beberapa bahasa asing, sseorang psikolog dan pendidik jebolan London, seorang
penulis yang produktif, dan seorang guru besar pada fakultas Darul Ulmu Cairo
University, Cairo, Mesir. Sebagai salah seorang dari sekian banyak ilmuan
muslim yang sangat produktif, bliau mencetuskan ide-idenya menuju perbaikan dan
peningkatan kualitas umat islam pada era sekarang ini dengan menawarkan
konsep-konsep dasar bagi pendidikan islam yang merupakan hasil dari ekstraksi
sari pati nilai ajaran al-qur’an san al-Hadist yang digalinya.
B.
Rumusan Masalah
Dari
latar belakang di atas dapat kami dapat merumuskan sebuah masalah yang ingin
kami ketahui yaitu, bagaimana pemikiran pendidikan islam Muhammad Athiyah
al-Abrasyi?
C.
Tujuan
Berdasarkan
rumusan masalah di atas tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui
pemikiran pendidikan islam Muhammad Athiyahn al-Abrasyi.
Menurut Atiyah al-Abrasyi
pendidikan adalah mempersiapkan individu atau pribadi supaya bisa menghadapi
kehidupan ini secara sempurna, bahagia, cinta tanah air, kuat jasmani, sempurna
akhlaknya, teratur dalam berfikir, berprilaku lembut, mahir di bidang ilmu,
saling membantu dengan sesamanya, memperindah ungkapan pena dan lisannya serta
memperbaiki amal perbuatannya. Berikut ini akan disajikan pemikiran al-Abrasyi
mengenai pendidikan islam.
A.
Prinsip dan Tujun Pendidikan Islam
1. Perinsip Pendidikan
Atiyah Al-abrasyi memiliki
beberapa perinsip didalam memjalankan proses pendidikan yang diantaranya
adalah:
a.
Kebebasan dan demokrasi dalam pendidikan
Maksudnya
adalah didalam menuntut ilmu tidak ada yang namanya perbedaan setatus sosial
dan kekayaan, semua orang berhak untuk mendapatkan pendidikan yang layak.
Sebagai mana Allah telah menyamaratakan manusia dan hanya tingkat keimananlah
sebagai pembedanya (Q. S. Al-Hujarat:13). Maka dari itu untuk mendapankan
pendidikan islam, peserta didik tidak terikat oleh batas umur tertentu,
ijazah-ijazah atau nilai-nilai angka dalam ujian serta peraturan khusus dalam
penerimaan siswa baru.
b.
Pembicaraan sesuai dengan tingkat intelektual
Sebagai
mana yang di kutip oleh al-Abrasyi dari imam al-Ghazali
“seorang pendidik hendaknya membatasi dirinya dalam berbicara dengan
peserta didik sesuai dengan daya pengertiannya, dan jangan diberikan kepadanya
sesuatu yang tidak bisa ditangkap oleh akalnya, karena akibatnya ia akan lari
dari pelajaran atau akalnya memberontak terhadapnya”
Dari pendapat tersebut sangat jelas bahwa
pendidik haruslah memberikan materi yang sesuai dengan tingkat kemampuan
peserta didik serta menyampaikannya dengan bahasa yang dapat difahami oleh
peserta didik tersebut.
c.
Pengaruh pembawaan dan insting terhadap pilihan
Para
intelektual islam telah lama menganjurkan agar pembawaan dan insting dari
peserta didik diperhatikandalam menuntut ke arah bidang pekerjaan yang
dipilihnya demi masa depan kehidupannya. Setiap manusiadiciptakan dengan
kemampuan yang berbeda-beda jadi tidak semua pekerjaan dapat dapat sesuai
dengan seseorang, hanya pekerjaan yang sesuai instink dan pembawaanyalah yang
dapat ia lakukan dengan maksimal. Oleh karena itu kewajiban seorang juru didik
bila hendak bila hendak memilihkan bidang pekerjaan untuk anak didiknya
haruslah menguji terlebih dahulu, sehingga bakatnya bisa terpenuhi sesuai
dengan bidangnya.
d.
Kecintaan terhadap pengetahuan
Setiap
siswa yang cinta ilmu pengetahuan akan senang sekali belajar dan menggunakan
seluruh waktunya untuk melakukan penelitian, membaca studi, memecahkan
peroblematika ilmiah, mencernakan ilmu, serta bergairah dalam menggali ilmu
pengetahuan dan masalah-masalah ilmiah tanpa segan-segan bertekun siang malam
mempersiapkan pelajaran mereka untuk esok harinya. Mereka menyerahkan seluruh
kekuatan masa muda dan hidupnya untuk menuntut ilmu. Oleh sebab itulah rasa
cinta terhadap pengetahuan harus ditanamkan sedini mungkin kepada anak didik.
2.
Tujuan Pendidikan
Atiyah
Al-abrasyimembagi lima azas yang menjadi tujuan pendidikan Islam, antara lain:
a.
Untuk membantu pembentukan ahlak yang mulia.
b.
Persiapan untuk dunia dan akhirat.
c.
Persiapan untuk mencari rezeki dan pemeliharaan
segi-segi kemanfaaatan atau tujuan vokasional dan profesional.
d.
Menumbuhkan roh ilmiah (scientific spirit)
pada pelajar dan memuaskan keinginan hati untuk mengetahui (curiosity)
dan memungkinkan peserta didik mengkaji ilmu sekedar sebagai ilmu.
e.
Menyiapkan pelajar dari segi profesional,
tekhnikal, dan pertukangan supaya dapat menguasai profesi tertentu.
B.
Pendidik dan Peserta Didik Dalam Pendidikan Islam
1. Pendidik
Muhammad Athiyah
al-Abrasyi menyebut pendidik adalah sebagai Spiritual Father atau bapak
rohani dari seorang peserta didik, dialah yang memberi santapan jiwa dengan
ilmu, pendidikan akhlak dan membenarkannya atau meluruskan perilaku peserta
didik yang buruk.Menurut Muhammad Athiyah al-Abrasyi[11] kode etik pendidikan islam adalah sebagai berikut:
a.
Mempunyai sifat kebapakkan sebelum menjadi seorang
pendidik, sehingga ia menyayangi peserta didiknya seperti menyayangi anaknya
sendiri.
b.
Adanya komunikasi yang
aktif antara pendidik dan peserta didik. Pola komunikasi dalam interaksi dapat
diterapkan ketika terjadi proses belajar mengajar.
c.
Memperhatikan kemampuan dan
kondisi peserta didiknya. Pemberian
materi harus di ukur dengan kadar kemampuannya.
d.
Mengetahui kepentingan
bersama, tidak terfokus pada sebagian peserta didik, misalnya hanya
memprioritaskan anak yang memiliki IQ tinggi.
e.
Mempunyai sifat-sifat
keadilan, dan kesucian
f.
Ikhlas dalam menjalankan aktifitasnya,
tidak banyak menuntut hal yang diluar kewajibannya.
g.
Dalam mengajar supaya mengaitkan materi satu dengan materi
lainnya (menggunakan pola integrited curriculum).
h.
Memberi bekal peserta didik
dengan ilmu yang mengacu pada masa
depan, karena ia tercipta berbeda dengan zaman yang di alami oleh pendidiknya.
a.
Sehat jasmani dan rohani
serta mempunyai kepribadian yang kuat, tanggung jawab dan mampu mengatasi
problem peserta didik,serta mempunyai rencana yang matang untuk menatap masa
depan yang dilakukan dengan
sungguh-sungguh.
2. Peserta Didik
Berbicara
tentang konsep murid/peserta didik dalam islam, Muhammad Athiyah al-Abrasyi
menegaskan bahwa peserta didik dalam menuntut ilmu pengetahuan mempunyai
kewajiban-kewajiban tertentu. Adapun kewajiban-kewajiban yang harus
senan tiasa diperhatikan oleh setiap peserta didik dan dikerjakannya adalah
sebagai berikut:
a.
Sebelum belajar, harus
membersihkan diri dari segala sifat yang buruk karena belajar adalah ibadah.
b.
Belajar dengan maksud
mengisi jiwa dan rasa fadilah, mendekatkan diri kepada Allah SWT.
c.
Bersedia menuntut ilmu
walaupun sampai meninggalkan keluarga dan tanah air.
d.
Menekuni ilmu sampai
selesai artinya jangan terlalu sering berganti guru, jika berganti juga harus
difikir matang-matang terlebih dahulu.
e.
Hendaknya ia memiliki guru
dan menghormatinya karena Allah,
dan berupaya menyenangkan guru dengan cara yang baik.
f.
Jangan berjalan di
depannya, duduk ditempatnya dan jangan mulai berbicara kecuali sudah ada
izinnya.
g.
Saling mencintai dan
berjiwa persaudaraan antara sesama murid.
h.
Bertekad belajar sampai
akhir hayat dan jangan meremehkan suatu bidang ilmu.
Selain yang telah di sebutkan di atas,
menurut Muhammad Athiyah al-Abrasyi masih ada prinsip-prinsip penting mengenai
pendidik dan peserta didikadalah sebagai berikut:
a.
Akhlak dan moral yang
sempurna lebih berharga dari ilmu.
b.
Pengagungan ilmu, ulama dan
sarjana.
c.
Perhatian yang cukup dalam
mempererat hubungan pribadi.
C.
Kurikulum Pendidikan
Dalam pendidikan modern dewasa ini,
pembawaan dan keinginan peserta didik sangat diperhatikan. Oleh karena itu
dalam pembuatan kurikulum Muhammad Athiyah al-Abrasyi mempertimbangkan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1.
Harus ada mata pelajaran yang ditujukan mendidik rohani atau
hati.
2.
Mata pelajaran harus ada yang berisi
petunjuk dan tuntunan untuk menjalani cara hidup yang mulia, sempurna seperti
ilmu akhlak, hadits, fikih dan lain sebagainya.
3.
Pada mata pelajaran yang diberikan harus bermanfaat secara
praktis bagi kehidupan. Dengan kata lain, ilmu itu harus terpakai.
4.
Pada mata pelajaran yang diberikan harus bermanfaat secara
praktis bagi kehidupan. Dengan kata lain, ilmu itu harus terpakai.
5.
Pendidikan kejuruan, tehnik dan industrialisasi untuk
mencari penghidupan.
6.
Mata pelajaran yang diberikan berguna dalam mempelajari ilmu
lain, yang dimaksud adalah ilmu alat seperti bahasa dan semua cabangnya.
A.
Kesimpulan
Dari
pembahasan pembahasan terdebut kami dapat mengambil kesimpulan bahwa sanya
konsep pendidikan Muhammad Atiyah Al-abrasi sangat mengutamakan perbaikan ahlak
yang baik, akan tetapi tidak juga melupakan pengetahuan-pengetahuan umum yang
bersifat praktis, yang dapat membantu dalam pencarian nafkah. Menurut kami tipe
pendidikan dari Muhammad atiyah Al-abrasyi ini adalah sekolah kejuruan islam
dimana siswanya selain mendapatkan pengetahuan agama atau bekal untuk kehidupan
akhirat, mereka juga mendapatkan pengetahuan keterampilan yang dapat membantu
dalam pencarian pekerjaan atau profesi.
B.
Saran
Sebagai
ummat yang beriman, hendaknya kita mentauladani semangat para ilmuan dan sejana
muslim dalam menuntut ilmu. Karena jika kita melihat masa keemasan islam yang
dulu, itu semua disebabkan oleh semangat menuntut dan rasa cinta terhadap
pengetahuan.
http://ihwan87.wordpress.com/2012/03/30/pemikiran-pendidikan-prof-dr-m-athiyah-al-abrasyi/
Muttaqin, Ihwanul. “Pemikiran Pendidikan Prof.
Dr. M. Athiyah Al-abrasyi”. 11 April 2018.
https://ihwan87.wordpress.com/2012/03/30/pemikiran-pendidikan-prof-athiyah-al-abrasyi/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar