Assalamu’alikum
warahmatullahi wabarakatuh segala puji bagi Allah Subahanahuwata’ala, yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya
kepada kami, sehingga kami mampu menyelesaikan tugas mkalah kami yang berjudul “Pemikiran Kalam Harun Nasution” ini.
Solawat serta salam akan selalu tercurahkan kepada baginda Nabi besar Muhammad sallallahu’alaihiwasallam, yang berkat
kehadiran beliau di muka bumi ini kehidupan manusia yang sebelumnya kacau balau
berubah menjadi kehidupan yang teratur dan harmonis serta penuh dengan cahaya
iman dan islam.
Harun
Nasution banyak sekali mengemukakan pendapat-pendapatnya di bidang pendidikan,
tidak terkecuali bidang ilmu kalam. Ia banyak membandingkan pendapat-pendapat
para ulama-ulama terdahulu dan membuat sebuah kesimpulan dari pendapat-pendapat
tersebut. Namun tidak jarang juga ia mengungkapkan pndapatnya sendiri mengenai
masalah-masalah yang sering kali diperdebatkan oleh para ulama. Beberapa
pemikiran kalam Harun Nasution antara lain: peranan akal, pembaharuan teologi,
dan hubungan akal dan wahyu. Ketiga hal tersebut akan kami coba uraikan dalam
makalah kami ini.
Kami
sangat berterimakasih kepada orang-orang yang sangat berjasa dalam pengerjaan
makalah kami ini, diantaranya:
1.
Muh. Solihin, M. Pd selaku
dosen pengampu mata kulyah Aqidah Ilmu Kalam yang selalu memberikan masukan dan
bimbingan kepada kami sehingga kami mampu menyelesaikan makalah ini dengan
baik.
2.
Kedua orangtua yang selalu
memberikan dukungan dan semangat selama kami mengerjakan makalah ini shingga
kami bisa menyelesaikan makalah kami ini tepat waktu.
penulis menyadari bahwasanya
makalah ini jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kami meminta kepada
pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang dapat membuat makalah kami ini
menjadi lebih baik lagi, terimakasih.
11
November 2017
Kelompok 6
PENDAHULUAN
A. Latarbelakang
Di
dalam kehidupan bermasyarakat terjadi banayak sekali problema, termasuk di dalam
kehidupan beragama. Permasalahan-permasalahan yang terjadi di dalam masyarakat
ini bisa diselesaikan dengan berbagai macam ilmu pengetahuan yang semakin
berkembang di masa sekarang ini. perkembangan ilmu pengetahuan selalu memgikuti
perkembangan zaman, oleh karena itu banyak bermunculan tokoh-tokoh intelektual
yang mengungkapkan pemikiran-pemikiran mereka untuk menjawab masalah yang
dihadapi oleh masyarakat baik masalah yang pernah dibahas pada masa sebelumnya
maupun masalah yang baru muncul di dalam kehidupan masyarakat.
Seringkali
terjadi perbedaan di dalam pendapat setiap tokoh tersebut, tidak terkecuali di
dalam Ilmu Kalam. Banyak tokoh yang mengemukakan pendapat mereka dan pada
kesempatan kali ini kami tertarik untuk menggali lebih dalam mengenai Pemikiran
Kalam Harun Nasution.
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimanakah kisah pendidikan Harun Nasution?
2.
Apa sajakah pemikiran kalam Harun Nasution?
C. Tujuan
1.
Untuk mengetahui pemikiran
kalam Harun Nasution.
2.
Mengetahui kish perjalanan pendidikan Harun
Nasution
ISI
A. Sejarah
Pendidikan Harun Nasution
Harun
Nasution lahir pada hari selasa, 23 September 1919 di Pematang Siantar, Sumatera
Utara. Ia merupakan putra dari Abdul Jabar Ahmad, seorang ulama, hakim dan
penghulu. Sedangkan ibunya Maimunah seorang Boru Mandailing Tapanuli, ia
keturunan seorang ulama dan pernah bermukim di Mekkah, dan pernah mengikuti beberapa
kegiatan di Masjidil Haram.
Harun Nasution berasal dari keturunan
orang-orang yang taat beribadah dan mempunyai ekonomi yang cukup memadai
sehingga ia mampu melanjutkan cita-citanya mendalami ilmu pengetahuan.
Harun Nasution memulai pendidikan
formalnya dari HIS (Holladsch Inlandche
school) pada waktu berumur tujuh tahun. Ia belajar bahasa belanda dan
pengetahuan umum lainnya selama tujuh tahun di sekolah itu. Pendidikan agamanya
ia dapat dari keluarganya dengan belajar mengaji, shalat dan ibadah lainnya.
Setelah tamat dari HIS Harun Nasution melanjutkan pendidikannya ke sekolah
agama yang bersemangat modern, yaitu MIK (Moderne
Islamietsche School) di Bukit Tinggi tahun 1934. Harun Nasution tidak lama
di MIK dan meminta kepada orang tuanya untuk mengizinkannya pindah study ke
Mesir. Di Mesir ia mulai mendalami islam di universitas Al-Azhar pada Fakultas
Ushuluddin, tidak puas dengan pengetahuan yang ia dapatkan di Universitas
tersebut , Harun Nasution kemudian pindah ke Universitas Amerika di Kairo. Di
Universitas tersebut ia tidak mendalami hukum-hukum islam akan tetapi ia
mendalami ilmu pendidikan dan ilmu sosial. Setelah lulus dan mendapat gelar BA
ia kemudian melanjutkan studinya ke Mc. Gill, Kanada, pada tahun 1962 dan
mendapat gelar Ph.D.
Setelah selesai menempuh pendidikannya
Harun Nasution kembali ke Indonesia pada tahun 1969 dan langsung mencemplungkan
dirinya dalam bidang akademis dengan menjadi dosen di IAIN Jakarta, dan
kemudian Universitas Nasional. Demikianlah sejarah singkat pendidikan Harun
Nasution.
B. Pemikiran Kalam Harun Nasution
Di
dalam Ilmu Kalam Harun Nasution mengungkapkan beberapa pendapat diantaranya:
peranan akal, pembaharuan teologi, dan hubungan akal dan wahyu, untuk lebih jelasnya
dapat dilihat dalam uraian berikut ini.
1. Peranan Akal
Besar
kecilnya peranan akal dalam sistem teologi suaatu kaum sangat berpengaruh pada
dinamis atau tidaknya pemahaman seseorang tentang ajaran agama islam. Menurut
Harun Nasution hal ini dikarenakan di dalam Al-Qur’an lebih banyak ayat yang
bersifat dzanni (dugaan) dibandingkan
dengan ayat yang bersifat qhat’i (pasti).
Oleh karena itu diperlukan akal untuk menafsirkan ayat-ayat yang masih bersifat
dugaan atau belum jelas tersebut akan tetapi tidak juga merubah ayat-ayat yang
sudah jelas.
Harun
Nasution sangat menghargai peranan akal beliau berpendapat demikian:
“Akal melambangkan kekuatan manusia. Karena akallah, manusia mempunyai
kesangupan untuk menaklukkan kekuatan mahluk lain disekitarnya. Bertambah
tinggi akal manusia, bertambah tinggilah kesangupannya menghadapi
kekuatan-kekuatan lain tersebut”
Tema islam agama rasional kuat bergema
dalam tulisan-tulisan Harun Nasution, terutama dalam buku Akal dan Wahyu dalam islam, Teologi Islam: Aliran-aliran, Analisa
Perbandingan, dan Muhammad Abduh dan Teologi Rasional Muhammad Abduh.
Dalam rangka menghormati penggunaan
akal itulah Harun Nasution menginginkan
agar umat islam melakukan ijtihad dan menjauhi taklid, suatu ide yang sudah
sering di kumandangkan kaum moderenis sebelumnya.
2. Pembaharuan Teologi
Pembaharuan
teologi Harun Nasution pada dasarnya dibangun di atas asumsi bahwa
keterbelakangan dan kemunduran umat islam disebabkan oleh “adanya kesalahan” dalam
teologi mereka. Teologi umat islam masa kini yang cenderung fatalistic, irasional, pre-determinisme
serta pasrah terhadap nasib telah membawa umat islam kedalam kesengsaraan dan
keterbelakangan. Dengan demikian, jika hendak mengubah nasib umat islam,
menurut Harun Nasution perlu diadakan perubahan teologi menuju teologi yang
berwatak rasional, serta mandiri.
3. Hubungan Akal dan Wahyu
Salah satu fokus pemikiran Harun
Nasution adalah hubungan antara akal dan wahyu. Ia menjelaskan bahwa wahyu dan
akal memang menimbulkan pertanyaan, tetapi keduanya tidaklah bertentangan. Akal
hanya mengetahui hal-hal yang masih bersifat umum saja akan tetapi wahyu datang
untuk menspesifikasikan hal yang diketahui oleh akal. Akal dapat mengetahui
kebaikan dan keburukan sebelum datangnya wahyu, akal dapat mengetahui adanya
tuhan sebelum adanya wahyu. Akan tetapi akal tidak mampu menjelaskan secara
lebih terperinci seperti akal tahu menyembelih kambing itu buruk akan tetapi
wahyu memperinci hal tersebut dengan mengatakan bahwasanya menyembelih kambing
untuk dibagikan kepada orang miskin itu baik. Akal tahu bahwa alam ini tidak
bisa jadi begitu saja, pasti ada penciptanya akan tetapi akal tidak tahu siapa
penciptanya dan wahyu datang menjelaskannya. Di dalam wahyu juga ada ayat yang
membutuhkan peranan akal untuk dapat memahami isinya. Jadi jelas bahwa akal dan
wahyu tidaklah bertentangan akan tetapi yang bertentangan dalam islam adalah
pendapat akal ualama tertentu dengan pendapat akal ulama lainnya.
Harun Nasution sangat mengapresiasi
pemikiran kaum mu’tazilah yang sangat menhargai akal, oleh karena itu Harun
Nasution penah dijuluki sebagai kaum mu’tazilah baru (Neomu’tazilah), akan
tetapi beliau menyanggah dan mengatakan bahwa dirinya adalah seorang
ahlussunnah yang rasional.
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pmikiran kalam Harun Nasution antara lain:
1.
Peranan akal
2.
Pembaharuan teologi
3.
Hubungan akal dan wahyu
B. Saran
Mari
kita gunakan akal kita dengan semaksimal mungkin karena inilah yang membedakan
kita dengan mahluk lain. jangan kita jadikan keistimewaan ini hanya sebagai
nama saja akan tetapi mari kita jadikan keistimewaan ini untuk mendekatkan diri
kita kepada sang khalik pencipta alam semesta dan isinya.
http://rizkyel-guaje.blogspot.co.id/2013/06/ilmu-kalam-masa-kini-harun-nasution-dan.html,
11 November 2017
http://rumah-dakwah--indonesia.blogspot.co.id/2014/03/biografi-prof-dr-harun-nasution.html,
11 November 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar